Featured post

TRAINING JURNALISTIK 2017

LET'S JOIN

Friday, 29 January 2016

TATA CARA SHOLAT JENAZAH

TATA CARA SHOLAT JENAZAH BUKU (MIFTAH AL-JANNAH)


Sholat jenazah terdiri dari 5 takbir dengan rincian sebagai berikut:

sesudah takbir pertama membaca dua kalimat syahadat,

اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدا رسول الله
sesudah takbir kedua membaca sholawat atas nabi SAW dan keluarganya
اللهم صلى على محمد و ال محمد
sesudah takbir ketiga membaca do'a untuk kaum mu'min dan mu'minah
اللهم اغفرل للمؤمنين والمؤمنات
sesudah takbir keempat membaca do'a untuk jenazah
-do'a untuk laki-laki
اللهم اغفر لهذا الميّت
-do'a untuk mayit perempuan
اللهم اغفر لهذه الميت
takbir kelima merupakan penutup sholat.
TATA CARA SHOLAT JENAZAH yang ringkas ini semoga bermanfaat.
smile

Thursday, 21 January 2016

amil jazem

عامل الجوازم
لم, لمّا ((oraألم,ألما(onotoh ora),لام الامرو الدعاء, ولا فى النهى والدعاء
نحو. لم يلدْ ولم يولدْ
نحو. لمّا ينفعْ عمرى
نحو. لينفقْ ذو سعه (لا النهى) nafakoho
نحو. ليقضِ علينا ربك (لا المر والدعاء)mutusoho
نحو. لا تخفْ (لا النهى)ojo ngremehake
نحو. ربنا لا تؤخذنا )لا النهى و الدعاء)ojo jukok
ان           :اِنْ يقمْ زيد يقمْ عمر
ما           :ما تفعلْ أفعلْ      
منْ          :منْ يقمْ اقمْ معه
مهما       :مهما تفعلْ افعلْ
اذما         :اذما يقمْ زيد يقمْ عمر
اَياّ           :ايا تضربْ ايضربْ
متى        :متى تأكلْ أكلْ
اي          ايّاما تدعوا فله الاسماء
اين          :اينما تكون تدرككم الموت
اَنّى         :انى تستقمْ تربح
حيثما      :حيثما تستقمْ يقدرْلك الله نجاحاً
كيفما       :كيفما تجلسْ اجلسْ
اذا           :اذا تصبْك خصاصة فتهملْ

(لم,لماّ,لن) حرف قلب

fi'il, isim ,dan khuruf


فعل ادخل :    قد حرفية,سوف او سين تنفيس, تاء تاءنيث ساكنة, تاء فاعل, نون توكيد.

اسم ادخل :     تنوين الف الام, حروف الخفض, : من, الى, عن, على, فى, رب, باء,الكاف,الام, حروف القسم :واو, باء, تاء
حروف :         tidak bisa berdiri sendiri انّ, من 

Wednesday, 20 January 2016

nasab





نواصب عشرة
ان, لن, اذان, كى, لام كى, لام الحجود, حتى, الجواب:فاء, واو, او
 
 
 

Saturday, 16 January 2016

esay kepemimpinan


                                                  PEMIMPIN SARUNG DI ORGANISASI

Kepemimpinan adalah proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasanya. Pemimpin...  organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal.

Kepemimpinan dalam islam bagian dari kepribadian islam. Rosulullah SAW bersabda setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu.setiap anda adalah pengasuh dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.laki-laki adalah pengasung dikeluarganya dan bertanggung jawab terhadap asuhannya.istri adalah pengasuh dirumah suamianya dan bertanggung jawab terhadap asuhannya.ciri daripada pemimpin islam biasa disebut safe siddiq(jujur),amanah(dapat dipercaya),tabliq(menyampaikan), dan fathonah(cerdas).prinsip dasarnya musyawarah, adil, dan kebebasan berfikir.

Albert schweitzer pernah mengatakan keteladanan bukan cara utama mempengaruhi orang lain ,keteladanan adalah satu-satunya cara. Thomas Fuller pun mengatakan teladan yang baik merupakan khotbah atau ceramah baik.

Jika pemimpin tersebut memakai sarung pengikutnypun harus memakai sarung.seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi pengikutnya dengan dengan perilaku akhlaq serta kepandaiannya.saat ia menjadi pemimpin jadikan akhlaq menjadi cara agar pengikut dapat tertarik.kadang seorang pemimpin gagal dalam suatu organisasi karena pengikut tidak mengikuti, disebabkan akhlaq yang tidak baik dari pemimpin tersebut. Sebab seorang pemimpin menjadi tolak ukur untuk pengikut dapat mengikutinya.

Bagaimana kalau akhlaq pemimpin tersebut tentu pengikut akan pergi dan menganggap buruk akan semua yang dilakukannya sehinng banyak pengikut yang melakukan tugasnya tidak dengan senang hati bahkan kesal atau mungkin malah meninggalkannya.sangat penting sebuah akhlaq seperti yang dikatakan Albert schweitzer pernah mengatakan “ keteladanan bukan cara utama mempengaruhi orang lain ,keteladanan adalah satu-satunya cara. Thomas Fuller pun mengatakan teladan yang baik merupakan khotbah atau ceramah baik. Tentu dengan keteladanan disertai akhlaq yang baik setiap hari dari perkataan, perbuatan dan perilaku yang lain.dengan sarung sebuah akhlaq akan tercermin jiwa yang bersih dan dapat menutupi yang perlu ditutupi.

Saya lebih setuju dengan seorang  pemimpin  yang berakhlaq karimah dengan kepandaiannya yang standar asal dengan catatan ia mau untuk merubah menjadi pintar.daripada seorang pemimpin yang hanya mempunyai kepandaian tapi tidak punya akhlaq sehingga bisa jadi kepandaiannya dipergunakan untuk keburukan.dan lebih sempurna lagi seorang pemimpin yang mempunyai akhlaq dan kepandaian yang bagus akn membuatnya seimbang.

 

 


 

Selama ini banyak yang beranggapan kepemimpinan diri sama dengan peningkatan diri. Hal ini dikuatkan oleh pemikir dan pemimpin agung dunia,diantaranya Nabi Muhammad SAW “kita baru saja kembali dari jihat kecil ke jihat besar “ para sahabat bertanya “apa itu bjiaiht besar?” rosul menjawab “menaklukan hawa nafsu “dengan menaklukan dirrinya sendiri.lao-zoa berkata mereka yan memahami orang lain bijaksana,dia yang mengetahui dirinya sendiri cerdas.kesuksesan suatu pemimpin organisasi dimulai dengan memimpin dirinya sendiri dan kesuksesan melatih tim dimulai dengan melatih dirinya sendiri.bukankan pernah dikatakan kata yang termasyhur kita memandang dunia bukan sebagaimana adanya,tapi sebagaimana diri kita.penting suatu organisasi yang dapat memimpin dirinya sendiri dan dapat menghadapi dirinya sendiri karena seseorang itu adalah pemimpin jadi sepatutunya kita dapat mimimpin diri kita sendiri.

Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim".

Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.

Karena itu pula, ketika sahabat Nabi SAW, Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: "Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata: "Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim).

Kedua, kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan dari penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang. Lihat Q. S. Shad (38): 22, "Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu".

Hal senada dikemukakan oleh Hafidhuddin (2003). Menurutnya ada dua pengertian pemimpin menurut Islam yang harus dipahami. Pertama, pemimpin berarti umara yang sering disebut juga dengan ulul amri. Lihat Q. S. An-Nisaâ 4): 5, "Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu". Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri, umara atau penguasa adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak mau mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin (yang sesungguhnya).

Kedua, pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. Dengan demikian, hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia menjalankan amanat Allah swt untuk mengurus dan melayani umat/masyarakat.

Kriteria pemimpin                      

Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

Di dalam Al-Quran juga dijumpai beberapa ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya terdapat dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiyaâ (21): 73. Sifat-sifat dimaksud adalah: (1). Kesabaran dan ketabahan. "Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". Lihat Q. S. As-Sajdah (32): 24. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan yang lain adalah sifat-sifat yang lahir kemudian akibat adanya sifat (kesabaran) tersebut. (2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Lihat Q. S. Al-Anbiyaâ (21): 73, "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami". Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya di tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya. (3). Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. Lihat Q. S. Al-Anbiyaâ (21): 73, "Dan Kami wahyukan kepada mereka (pemimpin) untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat". Hal ini dapat tercapai (mengantarkan umat kepada kebahagiaan) apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka.

Sifat-sifat pokok seorang pemimpin tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Al-Mubarak seperti dikutip Hafidhuddin (2002), yakni ada empat syarat untuk menjadi pemimpin: Pertama, memiliki aqidah yang benar (aqidah salimah). Kedua, memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas (`ilmun wasi`un). Ketiga, memiliki akhlak yang mulia (akhlaqulkarimah). Keempat, memiliki kecakapan manajerial dan administratif dalam mengatur urusan-urusan duniawi.Memilih pemimpin

Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cerminâ" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian".

Sikap rakyat terhadap pemimpin

Dalam proses pengangkatan seseorang sebagai pemimpin terdapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yaitu masyarakat. Karena yang memilih pemimpin adalah masyarakat. Konsekwensinya masyarakat harus mentaati pemimpin mereka, mencintai, menyenangi, atau sekurangnya tidak membenci. Sabda Rasulullah saw: "Barang siapa yang mengimami (memimpin) sekelompok manusia (walau) dalam sholat, sedangkan mereka tidak menyenanginya, maka sholatnya tidak melampaui kedua telinganya (tidak diterima Allah)".

Di lain pihak pemimpin dituntut untuk memahami kehendak dan memperhatikan penderitaan rakyat. Sebab dalam sejarahnya para rasul tidak diutus kecuali yang mampu memahami bahasa (kehendak) kaumnya serta mengerti (kesusahan) mereka. Lihat Q. S. Ibrahim (14): 4, "Kami tidak pernah mengutus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaumnya". dan Q. S. At-Taubah (9): 129, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, terasa berat baginya penderitaanmu lagi sangat mengharapkan kebaikan bagi kamu, sangat penyantun dan penyayang kepada kaum mukmin.

Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab memilih pemimpin dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin  yang baik dan benar.

Wednesday, 13 January 2016

BINA' (بناء)


فى الفصل البناء
1.    صحيح :ada 2
ثلاثي :kalimat jika ف-ع-ل fi’il bukan berupa hamzah dan khuruf illat(ا,و,ي) serta ع فعل tidak tunggal jenis dengan huruf ل فعل.
نحو. نَصَرَ
رباعى:kalimat jika khuruf ف فعل tidak tungal jenis dengan khuruf ل فعل yang awal
نحو. دَخْرَجَ (ر tidak sejenis denganد)
2.  المثال:ada 2
مثال واو:jika  فعل ف ada berupa  واو  
نحو.وَعَدَ
مثال ياء:jika ada ف فعل yang berupa ياء
نحو.يَسَرَ
3.  المضاعف :ada 2
ثلاثى:kalimat khuruf ع فعل tunggal jenis dengan ل فعل.
نحو.مدَّ اصله مَدَدَ
رباعى :kalimat yang khuruf  ف فعل tunggal jenis dengan ل فعل yang awal
طاء dg طاء  مثال Dengan begitu bisa huruf ع فعل tunggal jenis dengan ل فعلyang kedua.
نحو.طَاءْطَاءَ
4.  اللفيف
مفروق  :kalimat yang ف فعل dengan ل فعل berupa huruf illat (ا,و,ي)
نحو. وقى
مقرون :kalimat yang ع فعل dengan ل فعل berupa huruf illat (ا,و,ي)
نحو.شَوى
5.  الناقص
ناقص واو :kalimat yang ل فعل berupa واو
نحو.غزا اصله غزو
ناقص يائ : kalimat yang ل فعل berupa يائ
سرا اصله سري
6.  المهموز
: kalimat yang ع فعل, ف فعل, dan ل فعل berupa huruf hamzah (أ)
مهموز ف :jika hamdah berada pada ف فعل
نحو. اَدَمَ
مهموز ع : jika hamdah berada pada ع فعل
نحو. سَأَ لَ
مهموز ل : jika hamdah berada pada ل فعل
نحو. قرأ
7.  الاَجْوَفْ
اجوف واو :kalimat yang ع فعل berupa واو
نحو. صان اصله صون
اجوف ياء : kalimat yang ع فعل berupa ياء
نحو. سار اصله سير